Para santri di Padepokan Dimas Kanjeng yang dipimpin Taat Pribadi,
menyebut penilaian banyak pihak adanya ajaran sesat di padepokan
merupakan tudingan tidak berdasar. Pengikut Dimas Kanjeng menyebut Taat
Pribadi tak pernah memberikan ajaran sesat.
"Semua itu bohong, MUI hanya asal-asalan saja. MUI belum pernah investigasi ke tenda-tenda dan terhadap para santri di sini. MUI hanya jepret foto aja, setelah itu pergi. Tiba-tiba mengeluarkan pernyataan sesat, sesat dari mana?" ujar seorang pengikut Dimas Kanjeng, Musleh, saat ditemui, Kamis (6/10/2016).
Musleh mempertanyakan dasar MUI mencap padepokan Dimas Kanjeng sesat. Sebab MUI disebut tidak punya bukti yang menunjukkan kebenaran dari anggapannya.
"Yang menjadi santri di sini dari berbagai agama, dari Bali agama Hindu ada di sini, Kristen, dan lainnya. Di sini kompak, semua sama, dan mereka beribadah sesuai kepercayaan masing-masing. Kami muslim beribadah sesuai perintah Rasulullah SAW," jelas pria yang disebut ustaz oleh santri lain di padepokan.
Seorang pengikut lainnya, Hamida menegaskan tetap bertahan di padepokan. Warga Makassar ini menganggap dampak negatif atas proses hukum terhadap Taat Pribadi atas kasus pembunuhan dan penipuan merupakan 'ujian'.
"Apa pun yang terjadi di luar sana, saya tetap setia menjadi santri Yang Mulia (Dimas Kanjeng). Saya dan lainnya selalu patuh menjalankan perintah maha guru kami. Saya yakin ini senuag cobaan," ujar Hamida.
Hingga saat ini sejumlah tenda pemondokan masih ada di padepokan. Namun sebagian ada yang memilih kembali ke kampung halaman setelah padepokan jadi sorotan gara-gara kasus hukum Dimas Kanjeng.
"Semua itu bohong, MUI hanya asal-asalan saja. MUI belum pernah investigasi ke tenda-tenda dan terhadap para santri di sini. MUI hanya jepret foto aja, setelah itu pergi. Tiba-tiba mengeluarkan pernyataan sesat, sesat dari mana?" ujar seorang pengikut Dimas Kanjeng, Musleh, saat ditemui, Kamis (6/10/2016).
Musleh mempertanyakan dasar MUI mencap padepokan Dimas Kanjeng sesat. Sebab MUI disebut tidak punya bukti yang menunjukkan kebenaran dari anggapannya.
"Yang menjadi santri di sini dari berbagai agama, dari Bali agama Hindu ada di sini, Kristen, dan lainnya. Di sini kompak, semua sama, dan mereka beribadah sesuai kepercayaan masing-masing. Kami muslim beribadah sesuai perintah Rasulullah SAW," jelas pria yang disebut ustaz oleh santri lain di padepokan.
Seorang pengikut lainnya, Hamida menegaskan tetap bertahan di padepokan. Warga Makassar ini menganggap dampak negatif atas proses hukum terhadap Taat Pribadi atas kasus pembunuhan dan penipuan merupakan 'ujian'.
"Apa pun yang terjadi di luar sana, saya tetap setia menjadi santri Yang Mulia (Dimas Kanjeng). Saya dan lainnya selalu patuh menjalankan perintah maha guru kami. Saya yakin ini senuag cobaan," ujar Hamida.
Hingga saat ini sejumlah tenda pemondokan masih ada di padepokan. Namun sebagian ada yang memilih kembali ke kampung halaman setelah padepokan jadi sorotan gara-gara kasus hukum Dimas Kanjeng.
0 comments:
Post a Comment